RUHUT SITOMPUL VS MARUARAR SIRAIT

RUHUT SITOMPUL VS MARUARAR SIRAIT

Beberapa minggu terakhir ini, kita sering menyaksikan tayangan langsung pemeriksaan Panitia Khusus (PANSUS) Bank Century yang disiarkan oleh dua stasiun TV swasta negeri ini. Banyak hal yang dapat kita saksikan dari tayangan ini. Namun masih jelas kita ingat beberapa minggu yang lalu kita banyak melihat di berita tentang kritik masyarakat terhadap etika anggota pansus ini yang dinilai sangat rendah.

Kejadian perdebatan antara Ruhut Sitompul dengan Gayus Lumbun yang pada saat itu, Ruhut Sitompul sempat mengeluarkan ucapan yang memang menurut saya tidak pantas untuk diucapkan apalagi di dalam sebuah forum yang sangat terhormat dan oleh orang yang terhormat pula. Tetapi terlepas dari situ saya tidak akan mengomentari lain. Saya secara pribadi kagum dengan Ruhut Sitompul sebagai seorang advokat kondang yang luar biasa.

Dalam sebuah forum, perdebatan adalah hal yang sangat lumrah dan harus kita hormati. Perdebatan terjadi karena perbedaan pandangan. Dan perbedaan pandangan ini adalah sesuatu yang harus kita hormati. Ini lah salah satu ciri khas dari Indonesia yang patut untuk kita banggakan. Namun tidak sedikit orang yang memandang perdebatan ini sebagai suatu hal yang tidak perlu. Bagi saya sendiri perbedaan pandang ini saya nilai sebagai suatu kekayaan pemikiran yang jika kita satukan akan memperkaya wawasan kita.

Pada tanggal 20 Januari 2010, PANSUS Century memeriksa mantan Kabareskrim Mabes Polri Komjen Susno Duaji terkait penangkapan mantan petinggi bank Century Robert Tantular. Susuno Duaji yang namanya tiba-tiba dikenal khalayak ketika kasus Cicak vs Buaya. Pernah ada dugaan bahwa Susno Duaji pernah menerima sejumlah uang dari Budi Sampoerna terkait bahwa Susno Duaji berjasa untuk mencairkan uang milik Budi Sampoerna. Dan dalam kasus Cicak vs Buaya, rekaman pembicaraan Susno Duaji dengan salah seorang terkait kasus itu.

Kembali pad pemeriksaan pada tanggal 20 Januari 2010, saat Ruhut Sitompul mendapat giliran mengajukan pertanyaan kepada Susno Duaji, Ruhut sempat menyinggung-nyinggung Maruarar Sirait tanpa menyebut nama. Maruarar Sirait tidak asing lagi bagi kita. Putra dari politisi senior PDI-P, Sabam Sirait merupakan salah satu tokoh muda nasional dan PDI-P yang saat ini menjabat sebagai DPP PDI-P.

Usai Ruhut mengajukan pertanyaan, sidang langsung di intrupsi Maruarar Sirait yang merasa dirinya dibawa-bawa. Maruarar mempertanyakan kepada pimpinan sidang mengenai menyebut nama pansus yang lain dalam pemeriksaan. Namun sebelumnya Maruarar mengatakan kepada Ruhut Sitompul yang pada saat bertanya mengatakan Maruarar sebagai “teman yang dipojok” agar tidak perlu gak enak menyebut namanya. Maruarar juga menambahkan, jika Ruhut enak menyebut nama SBY, Edi Baskoro kenapa menyebut namanya tidak enak.

Bahkan pemeriksaan sempat terhenti karena anggota pansus saling intrupsi. Dan satu hal yang saya lihat pada saat itu ketegasan dan kewibawaan dari pimpinan sidang sangat lemah. Namun akhirnya sidang dilanjutkan yang kemudian di skors untuk istirahat, sholat dan makan (Ishoma).

Hal yang menarik dari sini dan yang menjadi sorotan saya bukan mengenai pemeriksaan Susno Duaji. Saya tertarik dengan perdebatan antara Ruhut Sitompul dengan Maruarar Sirait. Yang mana kita kenal keduanya berasal dari fraksi berbeda. Ruhut Sitompul dari Fraksi Demokrat dan Maruarar Sirait dari Fraksi PDI-P yang tidak lain merupakan oposisi dari pemerintah.

Catatan saya, kedua orang ini merupakan tokoh orang Batak dan cukup dikenal di komunitas batak. Bagi sebagian orang batak perdebatan kedua orang ini adalah hal yang sangat memalukan dan tidak semestinya terjadi. Namun bagi saya sendiri, saya juga orang batak memandang hal ini adalah hal yang luar biasa. Sama dengan penilaian saya ketika Hotma Sitompul dengan Hotman Paris Hutapea. Saya tentunya punya alasan dengan hal ini. Menurut yang saya lihat, jarang terjadi perdebatan antara orang batak di kancah nasional ataupun di depan publik secara nasional. Jika dalam komunitas orang batak, jangan di tanya pastinya setiap detik selalu bertentangan.

Hal ini bisa kita amini, secara kultur orang batak itu jika diperantauan atau jauh dari bona Pasogitnya (Kampung Halaman), dari batak manapun dan dari marga manapun adalah bersaudara. Sehingga jarang orang batak mengumbar pertentangan di hadapan publik karena ada perasaan malu dilihat orang. Dalam artian sesama orang batak adalah keluarga dan masalah dalam keluarga hendaknya tidak perlu diketahui orang luar (diluar orang batak).

Namun satu hal yang saya pandang dari hal ini adalah bahwa sesama orang batak tidak harus selalu sejalan dan sepemikiran. Setiap orang memiliki sudut pandang yang berbeda terhadap suatu masalah tanpa memandang dari golongan mana mereka datang. Mungkin sebagian besar orang akan mencemooh hal ini, karena cara fikir mereka yang masih terbatas pada budaya malu dan primordialisme yang masih lumayan kental.

Hanya satu hal yang menjadi catatan saya, sebesar apapun masalah itu dan sesengit apapun perbedaan itu jangan jadikan itu semua menjadi akar perpecahan. Pandanglah perbedaan itu sebagai suatu hal yang indah dan nikmat untuk dijalani. Dan yang terpenting amanah dan kepercayaan yang diemban jangan menjadi hilang karena sibuk memikirkan kepentingan kelompok.

Sekian tentang RUHUT SITOMPUL VS MARUARAR SIRAIT.

Terima kasih.

thestresslawyer.com


Terbit

dalam

oleh

Comments

Tinggalkan Balasan